Dan jika ada satu hal saja yang dapat menggambarkan hal itu mungkin bisa sedikit mengurangi ketegangan dan mengubah ketidakyakinan menjadi suatu keyakinan yang sangat,
Dan setiap orang akan menganggap suatu kejadian dimana pemilihan sederet keputusan yang rumit dan perlu pertimbangan akan hal itu, -(( memilih salah seorang ))- dan kita jadikan orang yang paling dekat dan paling kita sayangi setelah TUHAN dan keluarga adalah sebuah keputusan yang kurang tepat dan sebagian orang diluar diri kita menganggap itu sebagai sebuah keserakahan. ketiak banyak pilihan kita punya dan mencoba menggali apa yang harus kita tahu dari sisi seseorang dan kita namakan itu sebuah proses penjajakan. Satu hal telah terjadi ketika penjajakan yang kita lakukan ternyata menghadapi sebuah kondisi dimana tidak memungkinkan bagi kita untuk melanjutkannya, atau sementara meundanya, lalu kita berpinda dari channel satu ke channel yang lain. Itukah yang dinamakan dengan “Ketidak SETIAAN” ? dan sebuah pelanggaran? sehingga kita pantas untuk dipergunjingkan?
Lalu ketika kita menggemari dan sedang menjajaki sebuah pakaian yang terlihat bagus dan cukup layak unutk kita kenakan serta membuat kita memiliki cukup banyak alasan untuk kita jadikan pemantas kita dan menemani kita kemanapun kita pergi agar kita lebih percaya diri dan menuntaskan “Sunnah”yang telah Pemimpin kita gariskan kepada kita, yang sanggup menemani kita kala kita merasa kehausan dikala terik, yang mampu memeberikan ksejukan dalam waktu yang bersamaan, dan menghangatkan kita dikala kita kedinginan, dan melengkapi suka-cita kita dikala kita merasakan limpahan rahmatnya.
Maaf intermezonya terlalu panjang, Lalu pertanyaannya..
Apa arti dari sebuah kesetiaan di ranah substansial yang kadang teori itu tak cukup berguna dan hanya sebagai “malaikat yang ikut tersiksa di dalam neraka”?. Dan memang basicnya manusia tak pernah bisa setia jangankan untuk hal besar “pasangan” untuk hal-hal kecil saja mereka sering merusak dan mengabaikan kesetiaannya. Lalu apa itu sebuah kesetiaan?
Apakah sebuah kebanggaan dapat menjaga komitmen?, ataukah hanya sbeuah penghambaan dan rasa sukur telah mendapatkan hal yang satu dan sudah merasa puas?.
Satu yang pasti tidaklah pantas kita sebagai sesuatu yang “Nothing” mendewakan kesetiaan dan menganggap ketidaksetiaan sebagai aib, yang sehingga dengan aib yang sudah orang buat membuat kita memiliki banyak alasan untuk menghukum dia dangan ego kita dan memberikan cap negatif terhadapnya, dan pada nyatanya ketika kita men“judge” orang seperti itu, kita sudah melanggar kesetiaan kita terhadap komitmen kita sendiri, percayalah.
Kesetiaan yang sempurna adalah IMAN, dan komitment dari RAHMAT TUHAN (ALLAH) yang selalu ada di garis awal kehidupan kita, dan sesungguhnya dari setiap siksa TUHAN itu selalu diawali dengan Rahmat-NYA.
Dan Sayalah “Nothing” dan kamu “Everythings”
Sejauh mana kita bisa setia dengan “cinta” yang tidak atau belum kita miliki,,,
dan jika ada satu hal saja yang dapat menggambarkan hal itu mungkin bisa sedikit mengurangi ketegangan dan mengubah ketidakyakinan menjadi suatu keyakinan yang sangat,
In My opinion