Feeds:
Pos
Komentar

Posts Tagged ‘attitude’

Marah itu mudah


Seringkali saya merasakan desakan yang begitu dahsyat dalam dada yang diundang oleh emosi yang sangat tidak stabil. Lantas yang dirasakan kemudian ketika sebuah pola emosi tak teratur ini menguasai diri saya hanyalah ketidak nyamanan, sebuah kondisi yang berdampak pada  berkurannya kemampuan  menggunakan logika dan pikiran sehat seaakan. Akhirnya, munculah sebuah residu dari reaksi ini, amarah dan kemarahan.

Kemarahan itu sangat menular, begitu juga sebaliknya!!

Ketika kita berada bersama orang yang ramah, baik dan sopan, tentunya kita akan merasa senang terhadapnya. Hal itu karena secara tidak disadari diri kita tertular oleh energi positif yang diberikan orang itu, dan tentunya kita pun akan cenderung lebih menyukainya. Begitu pula ketika bersama dengan orang yang hobby nya mengeluh, cenderung memiliki emosi tidak stabil dan selalu berfikiran negatif, secara tidak langsung dia akan mengirimkan sinyal serupa pada diri kita dan tentunya kita tidak akan merasa nyaman terhadapnya, atau bahkan tertular oleh “attitude” nya.

Setiap orang di dunia ini bisa marah, tapi tidak semua orang bisa mengendalikan kemarahannya menjadi sesuatu yang lebih berarti dan menguntungkan. (lebih…)

Read Full Post »

Jadilah Diri Sendiri


Tak ada satu orangpun di dunia ini yang tidak ingin disukai atau dikagumi. Eksistensi dan pengakuan merupakan kebutuhan dasar manusia yang kemudian mendorong setiap orang untuk berusaha menunjukan yang terbaik agar kehadirannya bisa dirasakan oleh orang lain. Merupakan keinginan yang sangat besar bagi setiap individu untuk kemudian keberadaannya bisa dirasakan dan dihargai oleh orang lain. Hal ini sangat relevan dengan salah satu ungkapan :
“Sungguh sia-sia hidupku jika ada dan tidak adanya aku sama sekali tidak ada bedanya bagi lingkungan dan orang-orang disekelilingku, dan celakalah aku jika keberadaanku tidak tidak diinginkan olehnya”

Kebanyakan dari kita cenderung berusaha menjadi perfect ketika tampil dihadapan orang lain. Kita berharap orang disekeliling kita akan terpukau dengan kesempurnaan penampilan yang kita tunjukan. Namun apakah hal itu dapat membantu kita untuk kemudian bisa disenangi dan dihargai orang? Tidak, meskipun kemudian orang akan kagum dengan penampilan luar kita yang dimanipulasi sedemikian rupa sehingga menimbukan kesan sempurna, hal itu hanya akan bersifat sementara dan setelah semua kedok kita terbongkar dan kita tidak lagi bisa mengimbangi image yang kita buat, yang kemudian timbul adalah disappointed. (lebih…)

Read Full Post »


Saya sempat bertanya pada diri saya sendiri,,

Is this problem my problem?

Awalnya ketika dipertemukan dengan masalah, seperti kebanyakan orang pada umumnya, hal pertama timbul adalah kepanikan. Rangsangan-rangsangan halus yang langsung datang dari mana langsung mendorong tubuh kita untuk kemudian menghasilkan susunan zat kimia tertentu yang akhirnya disebut kepanikan. Wajar dan sangat manusiawi memang, tapi sayangnya manusia dianuerahi kemanusiawian untuk mengendalikan kemanusiawiannya.

“Kemudian apa yang harus saya lakukan selanjutnya?”, pertanyaan yang kemudian muncul dalam benak saya. Tak jarang,  saya malah keenakan terbawa dalam situasi yang sebenarnya dikontrol oleh kepanikan saya  yang pada akhirnya  logika saya sendiri tidak dapat menjalankan perannya dengan benar.

Bagaimana mengontrol emosi memang sangat penting untuk dilakukan, karena ketika sisi emosional kita muncul maka akan ada satu sisi lain yang akan terbenam dalam diri kita, sisi logis kita.

Seorang teman baik saya sering menyebutkan gejala kepanikan yang terjadi seperti ini sebagai, “panic at the disco”, sebuah ungkapan yang sangat bagus dan keren menurut saya pribadi, walaupun entah kenapa yang harus dijadikan perumpamaan adalah kepanikan di disko. Tapi biarlah terserah dia mendapatkan inspirasi itu dari mana, saya ga peduli juga

Apa masalah saya sebenarnya?

Ketika menghadapi “the problem” saya seringnnya justru malah terlena dengan masalah itu. Tak jarang saya berpikir dan kemudian berteriak dalam hati saya. “Kenapa saya diberikan masalah yang berat seperti ini? Apa salah saya?” Pertanyaan sangat standar dan sebenarnya sangat tidak berbobot yang bahkan orang paling bodoh sekalipun bisa mengajukan pertanyaan seperti itu.  Kenapa saya menyebutnya sebagai pertanyaan bodoh, karena memang sesungguhnya kita semua, termasuk saya waktu itu telah mengetahui apa jawaban dari pertanyaan itu. Lalu kenapa masih dipertanyakan dengan maksud menjastifikasi dan menyalahkan Zat yang memiliki kekuatuatan yang tidak terbatas yang menganugerahi kita masalah itu?

Kemudian saya pada akhirnya sadar bahwa masalah yang menimpa saya bukan masalah yang sebenarnya, tapi masalah saya yang sesungguhnya adalah  menikmati keterpurukan dalam masalah yang saya punya. Inti dari masalah saya adalah sikap saya dalam menyikapi masalah yang timbul dan datang pada hidup saya

is your problem really your problem? or is your problem your attitude toward your problem?

Read Full Post »