Saya sempat bertanya pada diri saya sendiri,,
Is this problem my problem?
Awalnya ketika dipertemukan dengan masalah, seperti kebanyakan orang pada umumnya, hal pertama timbul adalah kepanikan. Rangsangan-rangsangan halus yang langsung datang dari mana langsung mendorong tubuh kita untuk kemudian menghasilkan susunan zat kimia tertentu yang akhirnya disebut kepanikan. Wajar dan sangat manusiawi memang, tapi sayangnya manusia dianuerahi kemanusiawian untuk mengendalikan kemanusiawiannya.
“Kemudian apa yang harus saya lakukan selanjutnya?”, pertanyaan yang kemudian muncul dalam benak saya. Tak jarang, saya malah keenakan terbawa dalam situasi yang sebenarnya dikontrol oleh kepanikan saya yang pada akhirnya logika saya sendiri tidak dapat menjalankan perannya dengan benar.
Bagaimana mengontrol emosi memang sangat penting untuk dilakukan, karena ketika sisi emosional kita muncul maka akan ada satu sisi lain yang akan terbenam dalam diri kita, sisi logis kita.
Seorang teman baik saya sering menyebutkan gejala kepanikan yang terjadi seperti ini sebagai, “panic at the disco”, sebuah ungkapan yang sangat bagus dan keren menurut saya pribadi, walaupun entah kenapa yang harus dijadikan perumpamaan adalah kepanikan di disko. Tapi biarlah terserah dia mendapatkan inspirasi itu dari mana, saya ga peduli juga
Apa masalah saya sebenarnya?
Ketika menghadapi “the problem” saya seringnnya justru malah terlena dengan masalah itu. Tak jarang saya berpikir dan kemudian berteriak dalam hati saya. “Kenapa saya diberikan masalah yang berat seperti ini? Apa salah saya?” Pertanyaan sangat standar dan sebenarnya sangat tidak berbobot yang bahkan orang paling bodoh sekalipun bisa mengajukan pertanyaan seperti itu. Kenapa saya menyebutnya sebagai pertanyaan bodoh, karena memang sesungguhnya kita semua, termasuk saya waktu itu telah mengetahui apa jawaban dari pertanyaan itu. Lalu kenapa masih dipertanyakan dengan maksud menjastifikasi dan menyalahkan Zat yang memiliki kekuatuatan yang tidak terbatas yang menganugerahi kita masalah itu?
Kemudian saya pada akhirnya sadar bahwa masalah yang menimpa saya bukan masalah yang sebenarnya, tapi masalah saya yang sesungguhnya adalah menikmati keterpurukan dalam masalah yang saya punya. Inti dari masalah saya adalah sikap saya dalam menyikapi masalah yang timbul dan datang pada hidup saya
is your problem really your problem? or is your problem your attitude toward your problem?
Read Full Post »